Artikel Kesehatan

6 Makanan Penyebab Alergi pada Bayi yang Harus Diwaspadai

Bagi orang tua, baik yang baru maupun yang sudah berpengalaman, kesehatan bayi menjadi salah satu prioritas utama. Bayi memiliki kebutuhan akan asupan makanan yang tepat dan kaya nutrisi untuk bisa tumbuh dan berkembang secara optimal.

Namun, ada beberapa makanan yang berpotensi menimbulkan alergi pada bayi yang harus diwaspadai oleh orang tua.

Dalam artikel ini, kita bakal membahas 6 makanan penyebab alergi pada bayi dengan tujuan agar para orang tua lebih siap mengenali dan mengantisipasi terjadinya alergi pada buah hati mereka.

Pendahuluan

Sebelum kita mulai membahas daftar makanan penyebab alergi pada bayi, penting untuk mengenal lebih dulu apa itu alergi. Alergi merupakan reaksi sistem kekebalan tubuh yang berlebihan terhadap zat yang sebenarnya tidak berbahaya.

Zat pemicu alergi disebut alergen, dan pada bayi muda, terkadang sistem kekebalan mereka belum sempurna sehingga sangat sensitif terhadap alergen.

Pada umumnya, alergi makanan lebih sering terjadi pada bayi dan anak-anak daripada pada orang dewasa. Menurut data, sekitar 6-8% anak usia 3 tahun ke bawah memiliki alergi makanan.

Mengetahui apa saja makanan penyebab alergi anak sangat penting untuk mencegah reaksi alergi yang tidak diinginkan dan menjaga kesehatan buah hati.

Makanan Penyebab Alergi Bayi

Berikut adalah 6 makanan yang umum menjadi penyebab alergi pada bayi:

1. Cokelat

Siapa yang tak suka cokelat? Namun sayangnya, cokelat tidak dianjurkan bagi bayi yang belum genap berusia 1 tahun. Kenapa ya? Cokelat mengandung susu yang cukup padat dan tinggi lemak, yang membuat bayi sulit mencernanya.

Selain itu, cokelat juga mengandung kafein yang lebih cocok untuk orang dewasa. Bayi bisa mengalami gangguan tidur atau jantung berdebar jika mengonsumsi cokelat.

Para orang tua harus menghindari memberikan cokelat pada bayi, terutama dalam bentuk makanan olahan yang biasa kita temui di pasaran.

2. Kacang

Para ahli menyebutkan bahwa ada potensi tinggi bagi bayi untuk mengalami alergi akibat mengonsumsi kacang.

Alergi kacang umumnya disebabkan oleh protein yang terkandung dalam kacang. Alergi kacang bisa menimbulkan gejala ringan hingga berat, seperti ruam, kemerahan pada kulit, pembengkakan, hingga kesulitan bernapas.

Ada beberapa jenis kacang yang sering menjadi penyebab alergi, di antaranya kacang tanah, almond, hazelnut, dan kacang mete. Hindari memberi kacang pada bayi dan pertimbangkan untuk konsultasi ke dokter sebelum memperkenalkan kacang pada anak.

3. Gandum

Gandum telah diidentifikasi sebagai sumber potensial alergen. Alergi gandum terkait dengan kandungan gluten yang terdapat di dalamnya. Gluten merupakan protein yang ditemukan dalam biji gandum, sekaligus menjadi penyebab utama bagi adanya alergi.

Alergi gandum pada bayi mungkin akan ditemukan ketika Anda mulai memperkenalkan makanan padat seperti roti atau biskuit yang mengandung tepung terigu.

Gejala yang muncul karena alergi pada gandum bisa berupa ruam, kembung, diare, atau masalah pencernaan lainnya. Namun, pada sebagian bayi, alergi gandum ini bersifat sementara dan akan menghilang seiring berjalannya waktu.

4. Kedelai

Kedelai termasuk ke dalam makanan yang bisa menyebabkan alergi pada bayi. Alergi kedelai diakibatkan oleh beberapa protein yang terkandung dalam biji kedelai.

Alergi ini bisa muncul ketika bayi diberikan susu formula berbahan dasar kedelai atau makanan padat yang mengandung kedelai.

Gejala alergi kedelai mirip dengan gejala alergi makanan lainnya, seperti ruam, gatal, kembung, mual, muntah, atau diare. Walaupun begitu, alergi kedelai pada bayi bisa menghilang dengan sendirinya seiring pertumbuhan anak.

5. Telur

Telur adalah salah satu makanan penyebab alergi yang cukup umum, terutama pada anak-anak. Alergi telur disebabkan oleh adanya protein dalam kuning dan putih telur.

Umumnya, anak yang memiliki alergi ini lebih rentan terhadap alergi makanan lainnya. Gejala alergi telur pada bayi bisa berupa ruam, kemerahan pada kulit, hidung tersumbat, mules, muntah, atau diare.

Jika alergi telur terdeteksi pada bayi, para orang tua harus berhati-hati dan menghindari pemberian telur hingga anak mencapai usia tertentu dan dokter menilainya aman.

6. Susu sapi

Beberapa bayi bisa mengalami alergi terhadap susu sapi. Alergi susu sapi umumnya disebabkan oleh protein yang ada dalam susu sapi, seperti kasein dan whey.

Gejala alergi susu sapi pada bayi mungkin muncul dalam beberapa menit hingga beberapa jam setelah mengonsumsi susu sapi.

Gejalanya bisa berupa gatal-gatal, ruam, muntah, diare, batuk, atau sesak napas. Jika alergi susu sapi terdeteksi pada bayi, para orang tua perlu mengganti susu sapi dengan susu alternatif yang sesuai saran dokter.

Gejala Alergi Makanan pada Bayi

Agar para orang tua bisa mendeteksi alergi pada bayi secepat mungkin, penting untuk mengetahui gejala alergi makanan pada bayi. Berikut ini beberapa gejala umum yang mungkin menandakan bahwa bayi mengalami alergi makanan:

  • Ruam atau kemerahan pada kulit yang muncul beberapa saat setelah makan
  • Gatal-gatal terutama di sekitar mulut, wajah, dan mata
  • Bintik-bintik merah pada kulit yang mungkin terasa gatal atau tidak
  • Pembengkakan pada bibir, wajah, dan sekitar mata
  • hidung tersumbat atau bersin-bersin
  • Kesulitan bernapas
  • Mules, mual, muntah, atau diare
  • Kolik atau kram perut
  • Lemas, rewel, atau tidak nyaman

Setiap anak mungkin mengalami gejala yang berbeda, jadi disarankan untuk selalu memperhatikan kondisi bayi setelah makan.

Jika para orang tua tidak yakin apakah gejala yang dialami bayi disebabkan oleh alergi atau tidak, sebaiknya konsultasikan langsung dengan dokter anak.

Pencegahan Alergi Makanan pada Bayi

Untuk mencegah terjadinya alergi makanan pada bayi, para orang tua perlu memperhatikan beberapa tips berikut ini:

  1. Berikan ASI eksklusif selama 4-6 bulan pertama kehidupan bayi. Pemberian ASI eksklusif diyakini dapat membantu mencegah alergi susu sapi pada bayi.
  2. Hindari pemberian makanan yang berpotensi menimbulkan alergi pada bayi hingga usia yang tepat. Misalnya, hindari memberikan telur hingga bayi berusia setidaknya 6 bulan, dan hindari memberikan kacang hingga bayi berusia setidaknya 1 tahun.
  3. Perkenalkan makanan baru secara perlahan dan tunggu beberapa hari sebelum memperkenalkan makanan baru lainnya. Hal ini akan memudahkan mengidentifikasi makanan penyebab alergi pada bayi jika ia mengalami reaksi alergi.
  4. Jika bayi telah terdeteksi alergi terhadap makanan tertentu, hindari pemberian makanan tersebut hingga dokter menilai aman untuk diberikan kembali.
  5. Konsultasikan dengan dokter atau ahli gizi untuk mendapatkan rekomendasi makanan yang baik bagi bayi dan cara menghindari makanan yang berpotensi menimbulkan alergi.

Cara Mengatasi Alergi Makanan pada Bayi

Jika bayi mengalami alergi makanan, segeralah tangani reaksi alerginya dengan langkah-langkah berikut ini:

1. Selesaikan Reaksi Alergi saat Terjadi

Jika bayi menunjukkan gejala alergi ringan setelah mengonsumsi makanan tertentu, segeralah menghentikan pemberian makanan tersebut.

Selanjutnya, amati perubahan kondisi kulit bayi dan konsultasikan dengan dokter tentang apa yang harus dilakukan selanjutnya.

Ada beberapa obat yang mungkin diresepkan oleh dokter untuk mengatasi alergi bayi, seperti:

  • Antihistamin: dapat membantu mengurangi gejala alergi seperti gatal-gatal dan hidung tersumbat.
  • Salep topikal: digunakan untuk mengurangi rasa gatal dan meredakan peradangan pada kulit.

2. Identifikasi Penyebab Alergi

Setelah gejala alergi muncul, cobalah mengingat makanan apa yang baru saja dikonsumsi bayi sebelum reaksi alergi terjadi.

Tuliskan makanan tersebut dan diskusikan dengan dokter anak tentang kemungkinan alergi pada bayi. Dokter anak mungkin akan mengajukan pertanyaan tentang riwayat alergi dalam keluarga dan makanan yang baru saja dikonsumsi bayi.

Kemungkinan dokter akan merujuk ke spesialis alergi untuk melakukan tes alergi guna mengidentifikasi alergen yang pasti.

3. Konsultasi dengan Ahli Gizi

Sesudah mengetahui penyebab alergi bayi, konsultasikan dengan ahli gizi atau dokter anak tentang cara terbaik untuk menghilangkan makanan penyebab alergi dari diet bayi.

Ahli gizi dapat memberikan saran tentang makanan alternatif yang aman dan tetap bergizi untuk bayi.

Jika bayi mengalami alergi susu sapi, misalnya, maka ahli gizi akan menyarankan pengganti susu yang cocok bagi bayi agar tetap mendapatkan nutrisi yang diperlukan.

4. Menjaga Lingkungan yang Aman bagi Bayi

Untuk meminimalisir kontak bayi dengan makanan penyebab alergi, pastikan lingkungan sekitar bayi tetap aman dari makanan alergen.

Jika bayi alergi terhadap kacang, pastikan untuk menghindari makanan yang mengandung kacang di rumah.

Jelaskan juga kepada anggota keluarga dan pengasuh tentang alergi bayi agar mereka lebih berhati-hati dalam memberikan makanan atau kontak dengan alergen.

5. Buat Rencana Alergi Pribadi

Buat rencana alergi pribadi bersama dokter anak atau ahli alergi untuk mengatasi situasi darurat yang melibatkan alergi bayi.

Rencana ini harus mencakup langkah-langkah yang harus diambil saat bayi mengalami reaksi alergi yang serius, seperti pembengkakan pada wajah atau kesulitan bernapas.

Rencana ini juga harus mencakup nomor yang dapat dihubungi dalam kasus darurat dan obat-obatan yang mungkin diperlukan oleh bayi.

Kesimpulan

Menjaga kesehatan bayi sangat penting, terutama ketika mereka mulai mengenali dan mencoba makanan baru.

Pahami dan kenali makanan-makanan yang berpotensi menimbulkan alergi pada bayi agar kita bisa mengantisipasi reaksi alergi yang tidak diinginkan.

Jangan ragu untuk menghubungi dokter anak jika Anda melihat adanya gejala alergi pada bayi atau ingin mendapatkan saran lebih lanjut mengenai pencegahan alergi pada bayi.

Jagalah buah hati kita agar terhindar dari alergi makanan yang bisa memengaruhi kualitas hidup mereka. Ingat, kesehatan buah hati adalah prioritas utama kita sebagai orang tua!

Comments