Artikel Kesehatan

Contoh Kasus Diare pada Anak dan Cara Mengatasinya dengan Tepat

Image description

Diare pada anak masih menjadi masalah kesehatan yang cukup sering terjadi. Menurut data Riskesdas 2018, prevalensi diare pada balita di Indonesia mencapai 8,5%. Angka ini cukup tinggi dan menunjukkan bahwa diare pada anak masih jadi momok menakutkan bagi setiap orang tua.

Sebagai orang tua, memahami seluk beluk diare pada anak itu penting. Dengan begitu, kita bisa lebih sigap menanganinya dan mencegah komplikasi yang mungkin terjadi.

Pada artikel ini, gue akan bahas contoh kasus diare pada anak lengkap dengan penyebab, gejala, komplikasi, dan caranya mengatasi diare pada si kecil. Simak baik-baik ya Sobs!

Penyebab Terjadinya Diare pada Anak

Sebelum masuk ke contoh kasusnya, yuk kita bahas dulu penyebab diare pada anak. Secara garis besar, ada beberapa hal yang bisa memicu terjadinya diare pada buah hati, antara lain:

1. Infeksi Enteral

Infeksi di saluran pencernaan atau yang biasa disebut infeksi enteral ini merupakan penyebab paling sering terjadinya diare pada anak.

Beberapa jenis infeksi enteral yang jamak ditemukan antara lain:

  • Virus seperti rotavirus, norovirus, adenovirus, dan astrovirus. Dari semua itu, rotavirus adalah biang keladi utama penyebab diare pada bayi dan anak-anak.

  • Bakteri seperti Escherichia coli, Campylobacter, Shigella, dan Salmonella.

  • Parasit usus seperti Giardia, Entamoeba histolytica, Cryptosporidium, dan Cyclospora.

Infeksi ini biasanya ditularkan melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi, atau kontak langsung dengan penderita diare. Oleh karena itu, menjaga kebersihan menjadi kunci pencegahan diare pada anak.

2. Malabsorpsi

Malabsorpsi merujuk pada gangguan proses penyerapan zat gizi di usus halus. Kondisi ini bisa disebabkan infeksi pada usus, alergi makanan, atau kelainan congenital.

Akibatnya, zat gizi dari makanan tidak bisa diserap dengan baik oleh tubuh. Cairan dan elektrolit yang seharusnya diserap justru langsung dikeluarkan bersama feses, yang pada akhirnya menimbulkan diare.

3. Faktor Makanan

Faktor makanan juga bisa memicu terjadinya diare, contohnya:

  • Alergi atau intoleransi terhadap jenis makanan tertentu. Misalnya lactose intolerance yang menyebabkan diare setelah mengonsumsi susu.

  • Makanan yang sudah kadaluwarsa atau terkontaminasi bakteri.

  • Makanan yang mengandung zat iritan seperti kafein, alkohol, dll.

4. Faktor Psikologis

Faktor psikis seperti stres dan kecemasan juga bisa jadi pemicu diare pada anak. Kondisi psikologis yang kurang baik ini bisa mempengaruhi sistem pencernaan dan meningkatkan motilitas usus, yang pada akhirnya memicu diare.

Nah, itu dia beberapa faktor penyebab diare pada si kecil yang perlu Sobat pahami. Sekarang, mari kita lihat contoh kasusnya satu per satu.

Contoh Kasus Diare pada Anak

Berikut ini adalah 3 contoh kasus diare pada anak yang sering ditemui, lengkap dengan analisis penyebab dan cara mengatasinya.

1. Diare Akibat Rotavirus

Andi, usia 1 tahun, menderita diare sejak 2 hari yang lalu. Dia Buang air besar (BAB) hingga 5 kali sehari dengan konsistensi cair. BAB juga disertai lendir dan kadang ada bercak darah. Selain itu Andi demam tinggi dan sering muntah. Dia jadi rewel dan sering menangis.

Dari gejala-gejala tersebut, diduga Andi terkena diare akibat infeksi rotavirus. Rotavirus adalah penyebab utama diare pada bayi dan anak-anak. Gejalanya mirip seperti yang dialami Andi, yaitu diare cair yang disertai demam dan muntah.

Untuk mengatasinya, Andi diberi rehidrasi oral dan dianjurkan makan bubur yang lunak serta menghindari susu formula dulu. Dia juga diberikan obat penurun demam dan probiotik untuk menyeimbangkan flora usus. Setelah 2 hari perawatan, diare Andi mulai membaik.

2. Diare karena Alergi Susu Sapi

Raisa, usia 2 tahun, sering mengalami diare setelah meminum susu formula. Dia BAB cair hingga 3-4 kali sehari dengan konsistensi hijau kekuningan. Selain itu, dia juga sering muntah susu yang baru diminumnya. Namun Raisa tidak demam, nafsu makannya juga baik.

Dari gambaran di atas, Raisa diduga mengalami diare akibat alergi protein susu sapi yang terkandung dalam susu formula. Oleh karena itu, Raisa dianjurkan untuk berhenti minum susu formula dan beralih ke susu kedelai selama beberapa hari untuk melihat perkembangannya.

Benar saja, setelah 3 hari minum susu kedelai, diare Raisa berangsur membaik. Lalu Raisa coba minum susu formula lagi, dan diare kambuh. Ini semakin memperkuat dugaan bahwa penyebabnya adalah alergi susu sapi. Maka selanjutnya Raisa disarankan untuk mengonsumsi susu non-sapi sampai alerginya hilang.

3. Diare karena Makanan Pedas

Dimas, usia 5 tahun, menderita diare sejak 2 hari lalu. Dia sering buang air besar dengan tinja encer dan terkadang disertai lendir. Dimas tidak demam tapi sering mengeluh perutnya sakit.

Ibu Dimas mengaku sehari sebelum Dimas diare, dia sempat memberikan Dimas makanan pedas berupa mie instan rasa cabe ijo. Diduga kuat diare Dimas disebabkan oleh makanan pedas tersebut yang mengiritasi saluran cerna Dimas. Selain itu, penyebab lain yang memungkinkan adalah infeksi virus atau bakteri.

Untuk mengatasinya, Dimas dilarang makan makanan pedas dulu. Dia juga diberi obat pengikat racun dan disarankan banyak minum air putih. Dalam 2 hari diare Dimas sudah membaik.

Begitulah analisis dari 3 contoh kasus diare pada anak di atas beserta cara mengatasinya. Pada intinya, penyebab diare harus diidentifikasi terlebih dahulu agar bisa ditangani dengan tepat.

Gejala Umum yang Timbul pada Kasus Diare Anak

Nah, setelah mengetahui contoh kasus beserta penyebabnya, sekarang kita bahas gejala umum yang biasa muncul pada anak yang mengalami diare.

Beberapa gejala diare pada anak antara lain:

  • Buang air besar encer/cair dengan frekuensi lebih dari 3 kali sehari

  • Perut kembung karena adanya gas dalam usus

  • Demam akibat infeksi virus atau bakteri

  • Mual dan muntah

  • Nafsu makan menurun

  • Dehidrasi ditandai mulut kering, mata cekung, menangis tanpa air mata, dan kulit kurang elastis

Secara umum, semakin parah dan menetapnya gejala di atas menandakan kondisi si kecil semakin buruk. Oleh karena itu, penanganan yang cepat sangat dibutuhkan.

Komplikasi yang Mungkin Terjadi Akibat Diare

Diare yang tidak ditangani dengan tepat dan terus berlanjut bisa menimbulkan komplikasi yang membahayakan. Beberapa komplikasi yang mungkin timbul antara lain:

  • Dehidrasi, terjadi akibat banyaknya cairan tubuh yang hilang melalui feses cair. Dehidrasi berat dapat menyebabkan gagal ginjal, syok, dan kematian.

  • Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit seperti natrium, kalium, klorida, dan bikarbonat. Gangguan ini memengaruhi fungsi saraf dan otot.

  • Malnutrisi, karena asupan makanan berkurang sementara kehilangan zat gizi meningkat.

  • Perdarahan usus pada kasus diare berat. Terjadi luka pada mukosa usus akibat iritasi yang berlebihan.

Maka dari itu, diare harus segera ditangani agar tak berlarut-larut. Jika tidak, nyawa si kecil bisa terancam. Konsultasikan pada dokter jika diare disertai gejala yang parah atau tidak kunjung sembuh.

Cara Mengatasi Diare pada Anak dengan Benar

Nah, setelah paham penyebab, gejala dan komplikasinya, sekarang kita bahas cara mengatasi diare pada buah hati. Berikut ini beberapa tips mengatasi diare anak di rumah:

1. Lakukan Rehidrasi Oral

Prioritas utama saat menghadapi anak diare adalah mencegah dan mengatasi dehidrasi. Caranya dengan melakukan rehidrasi oral atau mengganti cairan yang hilang dengan pemberian minum.

Berikan anak minuman rehidrasi oral yang mengandung elektrolit seperti ORS, Pedialyte atau larutan gula garam. Bila tak ada, kamu juga bisa membuat larutan gula garam sendiri di rumah dengan takaran:

  • 1 sendok teh gula
  • 1⁄4 sendok teh garam
  • 1 gelas air matang

Selain itu, berikan juga air putih, air kelapa muda, atau kuah kaldu sesering mungkin untuk mencegah dehidrasi. Hindari memberi minuman yang mengandung kafein seperti soda.

2. Berikan Makanan yang Tepat

Saat anak diare, usahakan untuk tetap memberinya makan agar tidak malnutrisi. Namun perhatikan jenis makanannya. Berikan makanan yang lunak, seperti bubur, sup, atau nasi tim yang gampang dicerna.

Hindari dulu makanan berlemak, berserat, atau pedas karena bisa memperparah diare. Juga jangan dulu memberikan susu formula, terutama jika dicurigai alergi susu. Bisa diganti dengan susu non-sapi sementara.

3. Berikan Obat Diare bila Perlu

Obat diare dapat diberikan jika diare tidak membaik setelah 2 hari. Obat yang diresepkan dokter biasanya antidiare seperti loperamide yang berfungsi mengurangi frekuensi BAB.

Obat lain yang bisa diberikan adalah probiotik untuk menyeimbangkan flora usus. Suplemen zinc juga dianjurkan karena bisa mempersingkat durasi diare. Namun konsultasikan dulu dengan dokter mengenai jenis dan dosis obat yang tepat.

4. Jaga Kebersihan Diri dan Lingkungan

Hal sederhana namun penting adalah menjaga kebersihan diri si kecil dan lingkungannya. Cuci tangan pakai sabun sebelum makan dan setelah BAB. Bersihkan bokong dengan air bersih setiap selesai BAB.

Pastikan dia memakai pakaian dan handuk khusus yang selalu bersih. Sterilkan botol susu dan dot setiap hari. Bersihkan mainan dan permukaan rumah dari kuman. Kebersihan itu penting untuk mencegah penyebaran kuman penyebab diare.

Itu dia beberapa cara mengatasi diare pada anak yang bisa Sobat lakukan di rumah. Jangan lupa juga untuk menjaga asupan gizi si kecil dan memantau kondisinya. Segera bawa ke dokter jika diare tidak membaik dalam 2 hari atau disertai gejala yang parah.

Kesimpulan

Nah, itu dia pembahasan panjang lebar soal contoh kasus diare pada anak beserta cara mengatasinya. Intinya, kita harus paham benar penyebab diare agar bisa ditangani dengan tepat.

Jangan anggap remeh diare pada anak karena bisa berujung fatal jika tidak ditangani dengan baik. Selalu pantau kondisi buah hati dan segera bawa ke dokter jika diare parah atau tak kunjung sembuh. Semoga informasi ini bisa jadi bekal Sobat dalam menjaga kesehatan si kecil!

Comments