Artikel Pendidikan

Apakah Sejarah Dapat Terulang Kembali? Fakta dan Mitos Tentang Pengulangan Sejarah

Sejarah. Pelajaran berharga yang kita petik dari masa lampau. Tapi, apakah sejarah bisa terulang lagi? Bisa jadi kamu pernah mendengar pepatah “sejarah tidak pernah berulang, tapi ia sering berirama”. Apa sih maksudnya?

Yuk, kita bahas lebih lanjut tentang apakah sejarah bisa terjadi lagi atau tidak. Ada fakta menarik yang bisa jadi jawaban atas pertanyaan ini!

Sejarah sebagai Rangkaian Peristiwa di Masa Lampau

Pertama, kita perlu pahami dulu apa itu sejarah. Menurut KBBI, sejarah adalah kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau. Jadi sejarah merupakan rangkaian peristiwa yang sudah lewat dan tidak lagi terjadi saat ini.

Contoh sejarah adalah perang dunia, jatuh bangunnya kerajaan, kelahiran tokoh nasional, dan lain-lain. Semua itu merupakan kejadian di masa lampau yang sudah berlalu. Kita bisa membaca dan mempelajari sejarah lewat buku, museum, film dokumenter, dan sumber lainnya.

Nah, karena sifatnya yang sudah lewat, seringkali muncul pertanyaan: apakah sejarah bisa terulang lagi persis sama seperti saat terjadi di masa lampau?

Sejarah Tidak Akan Pernah Bisa Terulang Persis Sama

Faktanya, sejarah tidak akan pernah bisa terjadi lagi dengan persis sama seperti saat pertama kali terjadi. Mengapa demikian?

Sejarah Merupakan Peristiwa Unik yang Hanya Terjadi Sekali

Setiap peristiwa sejarah pada dasarnya bersifat unik dan khas, sehingga hanya terjadi satu kali saja. Tidak akan ada peristiwa yang benar-benar sama persis dengan peristiwa sejarah sebelumnya.

Misalnya Perang Dunia 2 tidak akan pernah bisa terulang lagi dengan detail yang sama persis. Tokoh-tokoh, negara yang terlibat, strategi dan senjata yang digunakan, serta dampaknya tentu akan berbeda jika terjadi di masa kini.

Setiap Peristiwa Sejarah Saling Terkait satu Sama Lain

Sejarah juga merupakan rangkaian peristiwa yang saling berkaitan satu sama lain. Sehingga setiap peristiwa dipengaruhi oleh apa yang terjadi sebelum dan sesudahnya.

Misalnya, jatuhnya Presiden Soeharto pada 1998 dipengaruhi oleh krisis ekonomi dan demonstrasi mahasiswa yang terjadi sebelumnya. Sebaliknya, jatuhnya Soeharto juga memengaruhi terbentuknya era reformasi di Indonesia.

Keterkaitan antar peristiwa inilah yang membuat sejarah menjadi unik. Sehingga mustahil bisa terulang lagi dengan detail yang sama persis.

Sejarah Mengikuti Hukum Kausalitas atau Sebab-Akibat

Sejarah juga mengikuti hukum kausalitas atau hubungan sebab-akibat. Artinya, setiap peristiwa sejarah terjadi karena adanya faktor penyebab tertentu, dan kemudian menimbulkan akibat atau dampak tertentu.

Contohnya, penjajahan Belanda di Indonesia terjadi karena faktor keserakahan kolonialisme Eropa. Adapun dampaknya, Indonesia menjadi terbelakang dalam bidang pendidikan, ekonomi, dan politik.

Pola sebab-akibat ini membuat sejarah bersifat linear. Peristiwa A terjadi karena B, lalu menyebabkan C. Sangat mustahil bisa terulang lagi dengan urutan yang persis sama.

Nah, berdasarkan penjelasan di atas, kita bisa simpulkan bahwa sejarah memang tidak mungkin terulang lagi secara identik. Karena sifatnya yang unik, saling berkaitan, dan mengikuti sebab-akibat.

Pola dan Pengulangan Sejarah yang Sering Terjadi

Meski sejarah tidak bisa terulang secara persis sama, bukan berarti tidak ada pola atau pengulangan sejarah yang terjadi.

Beberapa peristiwa sejarah memiliki kesamaan pola meski detailnya berbeda. Berikut adalah beberapa contoh pengulangan sejarah yang sering kita jumpai:

Demonstrasi dan Aksi di Indonesia

Sepanjang sejarah Indonesia, aksi dan demonstrasi kerap terjadi sebagai bentuk protes rakyat terhadap kebijakan penguasa.

Misalnya saja demonstrasi mahasiswa menentang Orde Baru pada 1998 yang berakhir dengan lengsernya Presiden Soeharto. Kemudian pada era reformasi, aksi dan demonstrasi juga kerap terjadi seperti saat Tolak UKA 2015, kasus penistaan agama 2016-2017, serta demonstrasi menolak revisi UU KPK 2019.

Meski detail kejadiannya berbeda, pola demonstrasi dan aksi menentang kebijakan pemerintah ini sering diulang sepanjang sejarah Indonesia. Ini menunjukkan bahwa rakyat Indonesia memiliki semangat perlawanan yang tinggi jika merasa diperlakukan semena-mena oleh penguasa.

Kemunculan Pemimpin Otoriter di Berbagai Negara

Di dunia juga kerap muncul pemimpin-pemimpin otoriter di berbagai negara, meski di era dan situasi yang berbeda-beda.

Seperti munculnya Hitler di Jerman, Mussolini di Italia, dan Hirohito di Jepang pada Perang Dunia 2. Kemudian muncul pula pemimpin otoriter di era modern seperti Fidel Castro di Kuba, Muammar Gaddafi di Libia, dan Kim Jong-un di Korea Utara.

Meski latar belakang dan ideologinya berbeda, pola kemunculan pemimpin otoriter yang menindas rakyatnya ini sering terulang. Ini menunjukkan bahwa ambisi berkuasa tanpa batas itu sudah mengakar dalam diri manusia, di mana pun dan kapan pun.

Krisis Ekonomi yang Berulang

Sepanjang sejarah, krisis ekonomi kerap melanda dunia secara berkala. Seperti Great Depression di Amerika Serikat pada 1929, krisis moneter 1998 di Indonesia, hingga krisis keuangan global 2008 yang bermula dari Amerika Serikat.

Pola krisis ekonomi yang berulang ini disebabkan oleh siklus ekonomi itu sendiri. Pertumbuhan ekonomi yang terlalu pesat akan diikuti dengan kejatuhan yang mendadak. Meski penyebab dan dampaknya berbeda tiap krisis, pola siklus inilah yang terus terulang.

Nah, berdasarkan contoh di atas kita bisa lihat bahwa meski tidak bisa terulang secara identik, ada pola dan pengulangan sejarah yang kerap muncul dalam bentuk yang serupa meski detailnya berbeda.

Membedakan Antara Sejarah dan Kenangan

Seringkali orang keliru membedakan antara sejarah dan kenangan. Padahal keduanya memiliki perbedaan yang cukup jelas.

Berikut adalah beberapa perbedaan utama antara sejarah dan kenangan:

Perbedaan antara Sejarah dan Kenangan

  • Sejarah bersifat objektif, kenangan bersifat subjektif berdasarkan pengalaman pribadi
  • Sejarah berupa fakta, kenangan berupa interpretasi pribadi atas fakta
  • Sejarah meliputi peristiwa luas, kenangan peristiwa khusus yang dialami sendiri
  • Sejarah tertulis, kenangan tersimpan dalam ingatan

Sejarah Lebih Luas, Kenangan Lebih Pribadi

Jika sejarah mencakup peristiwa luas di dunia, kenangan hanya berisi peristiwa-peristiwa khusus yang dialami secara pribadi oleh seseorang.

Sejarah bersifat makro, kenangan bersifat mikro. Misalnya sejarah mencatat Perang Dunia 2, sedangkan kenangan berisi pengalaman pribadi seseorang yang hidup di masa perang tersebut.

Sejarah sebagai Pelajaran, Kenangan sebagai Pengingat

Kita bisa mengambil pelajaran dari sejarah untuk menghindari kesalahan di masa depan. Sementara kenangan berperan sebagai pengingat akan pengalaman masa lalu seseorang, baik yang menyenangkan maupun tidak.

Dengan memahami perbedaan ini, kita bisa lebih bijaksana dalam menyikapi sejarah dan kenangan masa lalu. Manfaatkan sejarah sebagai pembelajaran, dan kenangan sebagai pengingat tentang makna hidup kita.

Kesimpulan

Itulah pembahasan panjang lebar tentang apakah sejarah bisa terulang atau tidak. Mari kita rangkum poin-poin pentingnya:

  • Secara detail, sejarah tidak akan pernah bisa terulang lagi secara identik karena sifatnya yang unik dan saling berkaitan.

  • Namun, ada pola dan pengulangan sejarah yang kerap muncul meski detail kejadiannya berbeda. Seperti demonstrasi aksi, munculnya pemimpin otoriter, dan krisis ekonomi yang berulang.

  • Perlu dibedakan antara sejarah yang bersifat faktual dan objektif, dengan kenangan yang bersifat pribadi dan subjektif.

  • Kita bisa belajar dari sejarah untuk menghindari kesalahan di masa depan, juga menjadikan kenangan sebagai pengingat tentang makna hidup.

  • Jadi, meski tidak bisa terulang secara identik, sejarah masih relevan untuk membantu kita memahami pola atau pengulangan peristiwa serupa di masa kini dan mendatang.

Semoga artikel ini bisa menjawab pertanyaan apakah sejarah bisa terulang atau tidak. Terima kasih.

Comments